Wayang kulit – Kesenian tradisional yang menggunakan boneka
tipis berbahan dasar kulit ini sudah ada sejak dulu di wilayah Jawa. Kata
wayang itu sendiri berasal dari kata “hyang” yang artinya Dewa atau Tuhan Yang
Maha Esa. Namun, di kalangan masyarakat Jawa ada juga yang mengartikan kata
wayang dengan “bayangan,” hal ini dikarenakan para penonton hanya bisa melihat
bayangannya saja di setiap pementasan wayang kulit.
Sekarang ini kesenian wayang kulit sudah semakin berkembang
bukan hanya di Indonesia tapi hingga ke beberapa negara. Negara Australia,
Prancis dan Inggris tercatat pernah menggelar pertunjukan wayang kulit yang
ternyata dapat sambutan yang luar biasa dari penontonnya. Bahkan, banyak
wisatawan asing yang ingin belajar menjadi dalang, mulai dari cara memainkan
wayang hingga belajar menggunakan bahasa Jawa.
Sejarah Wayang Kulit
Sejarah Wayang Kulit Berdasarkan Kebudayaan Hindu – Budha
Sebenarnya belum ada bukti pasti mengenai asal-usul
munculnya wayang kulit. Namun, beberapa bukti menyimpulkan jika kesenian ini
mulai dikenal ketika kerajaan Hindu – Budha masuk ke kawasan Asia Tenggara.
Pembuktian ini terlihat dari banyaknya kisah yang dibawakan pada seni wayang
kulit bercerita tentang Ramayana dan Mahabarata. Namun, kisah tersebut
bukanhlah standart cerita wajib yang harus dibawakan oleh dalang dalam setiap
pertunjukan wayang.
Berdasarkan keterangan salah satu budayawan yang cukup
terkenal bernama Jivan Pani yang menjelaskan bahwa wayang berasal dari
pementasan boneka dan tarian Chhau yang menggunakan unsur bayangan. Kemudia
masuk ke Indonesia dan berubah menjadi sebuah kultur yang dikenal dengan
sebutan wayang kulit.
Baca Juga: Melihat Kesenian Wayang Golek yang Masih Bertahan Hingga Sekarang
Sejarah Berdasarkan Perkembangan Islam
Mungkin sudah tidak asing nama Sunan Kalijaga di telinga
Anda khususnya bagi yang muslim. Nama asli beliau adalah Joko Said yang lahir
pada 1450 M dan merupakan salah satu dari Sembilan wali (Wali Songo). Konon,
wayang kulit yang kita kenal sekarang ini merupakan karya dari Sunan Kalijaga.
Beberapa karakter yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga yaitu Petruk, Bagong dan
Gareng. Semua lakon tersebut digunakan untuk memperkenalkan Islam kepada
masyarakat.
Sebenarnya, beberapa hal yang berhubungan dengan wayang
kulit berasal dari bahasa Arab. Misalkan, kata dalang yang berasal dari kata
“Dalla” yang artinya menunjukkan. Kemudian tokoh Semar berasal dari kata
“Simaar” yang berarti paku. Sang Sunan memilih nama untuk toko tersebut dengan
tujuan agar semua orang memiliki iman yang kuat seperti paku. Lalu, ada juga
tokoh Petruk yang berasal dari kata “Fat-ruuk” yang berarti tinggalkan.
Tujuannya, agar semua orang meninggalkan sesembahan selain Allah S.W.T.
Sejarah Wayang Kulit Berdasarkan Prasasti Kerajaan
Sedangkan untuk asal – usul lainnya berdasarkan prasasti
yang berasal dari tahun 930. Prasasti tersebut menyebutkan nama Galigi Mawayang.
Ternyata, Galigi adalah seorang dalang yang memainkan wayang kulit. Hal ini
sesuai dengan isi kitab “Kakawin Arjunawiwaha” yang dibuat oleh Mpu Kanwa pada
tahun 1035 yang mendeskripsikan sosok Galigi sebagai seorang dalang wayang
kulit yang hebat.
Baca Juga: Mengulik Seni Tari Kuda Lumping dengan Sejarah yang Menarik
Pementasan Wayang Kulit
Dalam pertunjukan wayang kulit ada beberapa peran yang
terlibat diantaranya adalah dalang yang menjadi narator untuk setiap dialog
tokoh wayang yang diiringi alunan musik gamelan yang dimainkan oleh kelompok
yang disebut Nayaga. Sedangkan untuk tembang khas Jawa dinyanyikan oleh sinden.
Sedangkan untuk penampilan wayang menggunakan latar belakang
kain berwarna putih yang berukuran besar dilengkapi dengan lampu sorot untuk
menciptakan bayangan. Namun, untuk menikmati semua cerita yang dibawakan para
penonton harus memiliki pengetahuan mengenal tokoh-tokoh wayang yang
bayangannya ada di belakang layar.
Pembuatan Wayang Kulit
Bahan dasar yang digunakan adalah kulit sapi yang sudah
menjadi kulit lembaran. Setiap satu wayang membutuhkan lembaran kulit 50 x 30
cm lembaran yang dipahat menggunakan besi yang ujungnya runcing terbuat dari
baja. Setiap besi baja memiliki bentuk ujung yang berbeda-beda ada yang
runcing, pipih , besar, kecil dan lainnya.
Bentuk wayang di gambar terlebih dahulu di atas lembaran
kulit kemudian di pahat menggunakan besi baja menjadi bagian tubuh wayang
seperti tangan, kaki, badan dan kepala. Setelah terbentuk semua bagian, tahap
selanjutnya adalah memasang semua bagian tubuh tersebut. Cara menyambungnya
dengan menggunakan sekrup kecil yang dibuat dari tanduk sapi atau kerbau.
Sedangkan tangkai untuk menggerakan wayang juga terbuat dari tanduk kerbau.
Dengan mengenal sejarah wayang kulit dan cara pembuatannya,
diharapkan kesenian ini akan terus dilestarikan dan bisa diwarisi ke generasi
selanjutnya. Bahkan, UNESCO juga sudah memberikan penghargaan pada 7 November
2003 pada pertunjukan wayang kulit sebagai kebudayan yang sangat mengagumkan
dan sebagai warisan yang berharga.