Tabuik Pariaman – Suatu festival yang rutin dilakukan oleh
masyarakat Pariaman setiap tahun.Tujuan diadakan tradisi ini adalah untuk
memperingati Asyura atau hari wafatnya cucu Nabi Muhammad S.A.W yang bernama Imam
Hussein atau Hussein Bin Ali pada tanggal 10 Muharram. Berdasarkan sejarah yang
ada, tercatat jika Hussein Bin Ali beserta keluarga meninggal karena gugur pada
perang Karbala yang sekarang bernama Irak.
Budaya ini merupakan warisan tradisi Syiah dan kebanyakan
masyarakat Pariaman tetap menjalankannya, karena sebagian besar dari mereka
dikenal sebagai penganut Sunni. Perayaan ini menggunakan keranda yang cukup
besar yang dihiasi sebagai bentuk penjelmaan buraq (burung yang membawa Nabi Muhammad ketika
Isra Mi’raj) kemudian dilempar ke laut. Tabuik Pariaman merupakan tradisi yang
turun temurun.
Festival Tabuik Pariaman
Asal-Usul Festival Tabuik Pariaman
Sejarah menjelaskan bahwa festival tabuik pariaman merupakan simbol suatu ritual yang dijalankan oleh kaum syiah ketika Imam Hussein dipenggal oleh tentara Muawiyah. Tradisi ini
pertama kali dikenalkan di Indonesia oleh pasukan muslim Tamil Syi’ah yang
berasal dari India yang bermukim di Pariaman pada masa penjajahan Inggris.
Ternyata, tabuik ini bukan hanya dirayakan di Indonesia saja tapi juga dirayakan
di beberapa Negara dengan cara yang berbeda-beda.
Prosesi pada Tabuik Pariaman
Ada beberapa tahapan prosesi yang harus dilakukan mulai dari
1 Muharram hingga puncak acara pada tanggal 10 Muharram, yaitu :
1. Arak-Arakan Pengambilan Tanah
Festival diawali dengan pengambilan tanah yang dilakukan
pada 1 Muharram sore hari dengan mengadakan arak-arakan yang diiringi alunan
gendang tasa. Prosesi pengambilan tanah ini dilakukan oleh 2 kelompok tabuik
yaitu Tabuik Subarang dan Tabuik Pasar. Setiap kelompok harus mengambil tanah
dari anak sungai yang berlawanan arah dan tidak boleh sama. Pengambilan tanah
ini dilakukan oleh seorang laki-laki yang menggunakan jubah putih sebagai
simbolisasi Imam Hussein yang penuh dengan kejujuran. Sedangkan prosesi
pengambilan tanah ini memiliki arti semua manusia diciptakan dari tanah.
Baca Juga: Ritual Adat Seren Taun yang Menyimpan Banyak Pesan Moral
2. Penebangan Batang
Pisang
Prosesi menebang batang pisang atau yang disebut maambiak
batang pisang dilakukan pada tanggal 5 Muharram sebagai simbol pembalasan
terhadap kekejaman lawan Hussein Ali. Prosesi ini dilakukan oleh seorang pria
yang menggunakan pakaian khas lalu menebang pohon pisang dengan sekali tebasan.
3. Prosesi Maatam
Selanjutnya pada tanggal 7 Muharram dilakukan prosesi
Maatam. Prosesi ini dilaksanakan setelah shalat Zuhur dengan cara berjalan
secara beriringan mengelilingi darmaga dengan membawa semua peralatan tabuik
seperti sorban, pedang, jari-jari, dan lainnya sambil menangis layaknya orang
yang sedang terpuruk. Prosesi maatam merupakan simbol kesedihan yang mendalam
atas kematian Hussein Ali dan darmaga menjadi simbol kuburan dari Imam Hussein.
4. Maarak Panja
Setelah prosesi Maatam dilanjutkan dengan prosesi MaarakPanja atau membawa jari-jari palsu sebagai simbol jari-jari tangan imam Hussein
yang dipotong oleh lawan dan sebagai tanda bentuk kekejaman raja yang zalim
kala itu. Prosesi ini juga dimeriahkan dengan tradisi “hoyak tabuik lenong”
yaitu membawa tabuik yang diletakkan di atas kepala laki-laki dengan diiringi
alunan gandang tasa.
5. Prosesi Maarak
Saroban
Tradisi ini dilakukan dengan mengarak sorban sebagai simbol
kepala imam Hussein yang dipenggal pada saat perang Karbala. Prosesi ini
membawa miniature tabuik lenong yang diiringi dngan bunyi gendang tasa yang
keras sambil bersorak ramai-ramai. Tradisi ini dilaksanakan pada tanggal 8
Muharram pada petang hari.
6. Tabuik Naik Pangkat
Puncak acara pada tanggal 10 Muharram dimulai dengan prosesi
tabuik naik pangkat yang dilakukan pada dini hari mendekati waktu fajar. Dua
buah bagian tabuik yang sebelumnya sudah disiapkan disatukan supaya menjadi
utuh. Setelah matahari terbit, tabuik dibawa ke tengah jalan sepanjang hari.
7. Hoyak Tabuik
Memauki pukul 09.00 waktu setempat, dua tabuik besar yaitu tabuik subarang dan tabuik
pasar diusung ke tengah jelan untuk menjalani pesta hoyak tabuik sebagai simbol
perang karbala yang menyebabkan Imam Hussein gugur. Acara ini berlangsung
hingga sore hari dengan membawa tabuik ke tepi laut seiring mengikuti
tenggelamnya matahari.
Baca Juga : Mengintip Upacara Rambu Solo yang Sakral di Tana Toraja
8. Membuang Tabuik Ke
Laut
Menjelang tenggelamnya matahari, dua tabuik besar yang sudah
diarak sepanjang kota Pariaman dipertemukan di pinggir laut kemudian dibuang
secara bersamaan ke laut Pantai Gondoriah. Pembuangan tabuik ini sebagai bentuk
kesepakatan perdaamaian atas segala perselisihan dan juga sengketa yang terjadi
sebelumnya. Pembuangan tabuik ke laut juga sebagai simbol buroq yang membawa
jasad imam Hussein ke surga.
Festival Tabuik Pariaman selalu rutin dilakukan setiap tahun
dan menjadi salah satu daya tarik kota Pariaman yang mendunia. Tidak heran
ketika festival ini diadakan pasti jumlah masyarakat yang datang mencapai
ribuan orang.